Partisipasi Masyarakat “Kunci Utama” Bersama Lawan Pandemi
Penulis : Anisa Rizwani
Sudah
lima bulan, Indonesia berjuang melawan pandemi. Sejak itu pula, berbagai
kebijakan telah dikeluarkan pemerintah demi menjaga stabilitas kehidupan
bernegara di tengah wabah. Namun untuk memulihkan keadaan di masa sekarang, harusnya
bukan menjadi tanggung jawab penguasa negara saja, peran serta dan dukungan
dari masyarakat sangat dibutuhkan demi menekan penyebaran virus yang dalam
istilah kedokteran disebut 2019 Novel Coronavirus
(2019-nCoV) atau covid-19 ini.
Semenjak
mendapati kasus pertama pada awal Maret 2020 lalu, pemerintah sebenarnya telah
menggeluarkan berbagai imbauan serta kebijakan. Diantaranya seperti penerapan pembatasan sosial (social distancing), pembatasan fisik (physical distancing), karantina wilayah (lockdown), yang mengakibatkan kita wajib
bekerja, belajar, dan beribadah dari rumah. Lalu ada juga kebijakan pembatasan
sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan di sejumlah kabupaten atau kota
hingga provinsi. Terakhir kita memasuki fase kenormalan baru (new normal) yang kini sudah diganti
dengan istilah adaptasi kebiasaan baru.
Akan
tetapi, sangat disayangkan jumlah kasus covid-19 di Indonesia terus bertambah. Bahkan
menurut laporan detik.com berdasarkan worldometer, Indonesia kini menempati
urutan ke-23 kasus terbanyak di dunia, dengan total sudah mencapai ratusan ribu
kasus. Lantas apa yang sebenarnya yang sedang terjadi ? Mengapa negeri ini
susah sekali lepas dari selubung virus yang sudah di tetapkan sebagai pandemi
global itu ?
Menurut
Achmad Yurianto terus meningkatnya kasus baru Covid-19 di Indonesia disebabkan
karena kurang disiplinnya masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Juru
bicara pemerintah untuk penanganan covid-19 itu menjelaskan kepada kompas.com
bahwa penambahan kasus menggambarkan kedisiplinan dan kepatuhan untuk
melaksanakan protokol kesehatan masih belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik
oleh masyarakat.
Contohnya
saja masih banyak masyarakat yang enggan menggunkaan masker saat beraktivitas
di masa sekarang. Melanisir dari laman independensi.com, per tanggal 30
Juli sampai 03 Agustus tercatat ada 7.120 orang di DKI Jakarta yang terjaring
razia Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) karena tidak menggunakan masker.
Padahal Provinsi DKI Jakarta masih menempati urutan nomor satu kasus terbanyak
di Indonesia. Sungguh realita yang sangat memprihatinkan.
Untuk
itu, sangat penting bagi pemerintah maupun masyarakat untuk saling
berpartisipasi demi menanggulangi situasi ini. Partisipasi yang diartikan
sebagai keikiutsertaan baik dalam hal perasaan maupun tindakan langsung untuk
bersama-sama ambil bagian dalam melawan ganasnya virus covid-19 yang telah
mengusik berbagai lini kehidupan. Memang tidak mudah menumbuhkan partisipasi,
apalagi partisipasi dari masyarakat, karena sangat erat kaitannya dengan
kesadaran dan kepercayaan masyarakat itu sendiri.
Namun
ketika partisipasi masyarakat telah ada, maka ini bisa menjadi kunci utama
untuk memutus penyebaran mata rantai virus covid-19. Pun di masa sekarang ini,
ketika pemerintah sedang gencar-gencarnya menyelaraskan antara peningkatan
taraf kesehatan dan ekonomi, peran serta dan keterlibatan masyarakat secara
langsunglah yang paling dibutuhkan.
Menurut
penulis salah satu cara atau pendekatan yang bisa dilakukan pemerintah untuk
menumbuh kembangkan partisipasi masyarakat di masa sekarang adalah pendekatan Awareness, Implementation, Maintenace
(AIM). Pedekatan ini sesuai dengan prinsip pemberdayaan masyarakat.
Bagaimanapun dalam situasi sekritis apapun tatan masyarakat sudah seharusnya
tetap berdaya. Berdaya maksudnya adalah ketika masyarakat mampu berinsiatif
untuk melakukan segala macam aktivitas sosialnya demi memperbaiki situasi dan
kondiri diri sediri.
Adapun
awareness merupakan penyadaran,
dimana pemerintah terus menerus memberikan edukasi dan informasi yang benar
kepada masyarakat, tentang betapa masalah pandemi sudah mencapai level yang
serius. Lalu implementation yang
berarti penerapan, ketika masyarakat sudah sadar, maka dia akan tahu apa yang
harus dan tidak boleh dilakukan di masa sekarang. Dan maintenance atau pemeliharaan, kondisi dimana masyarakat sudah
terbiasa untuk terus melakukan dan memelihara kebiasaan baiknya di masa
sekarang.
Selain
itu agar mendapat respon yang baik dari masyarakat, segala kebijakan yang
dikelurkan pemerintah di masa sekarang haruslah sudah melewati tahap analisis
kebutuhan (need assessment) dan
sesuai dengan situasi sosial (social
analysis) masyarakat, agar benar-benar
efektif. Sebab menurut Aldi Muhammad Alizar dan Yusdi Usman
yakni seorang ketua dan pengamat kebijakan public di International Association for Public Participation(IAP2) yaitu
sebuah Asosiasi Internasional terkemuka yang memajukan praktek partisipasi
publik, pemerintah harus mampu memastikan efektifitas sebuah kebijakan agar
tercipta partisipasi publik baik secara aktif maupun pasif.
Dalam
partisipasi publik secara aktif, pemerintah tidak boleh tutup telinga dan mengabaikan
suara masyarakat tentang pilihan-pilihan kebijakan dalam penanganan covid-19.
Karena bagaimanapun, pemerintah juga mempunyai keterbatasan dalam pengetahuan
dan pengalaman. Dalam kondisi ini, melibatkan masyarakat yang sesuai spektrum sangat
menjadi sebuah kebutuhan. Hal ini tentu terjadi jika dan hanya jika pemerintah
mau membuka diri terhadap masyarakat. Sementara untuk partisipasi pasif,
tantangannya adalah bagaimana pemerintah bisa memastikan masyarakat
berpartisipasi dalam menerapkan kebijakan dan pendekatan pencegahan covid-19,
yakni mematuhi protocol kesehatan pastinya.
Kemudian
bagi masyarakat sendiri ada banyak bentuk partisipasi yang bisa dilaksanakan,
seperti partisipasi pikiran,tenaga ataupun harta. Mengenai partisipasi pikiran
masyarakat tidak boleh berikap apatis, masayarakat harus vokal menyuarakan
apa-apa yang menjadi gagasannya untuk membantu pemerintah dalam mengambil
kebijakan yang paling tepat. Lalu partisipasi tenaga, artinya masyarakat ikut
serta secara langsung mematuhi kebijakan-kebijakan pemerintah, misalnya seperti
mengenakan masker, mau rajin cuci tangan, tidak berkerunan dan sebagainya. Dan
dalam partisipasi harta maksudnya masyarakat mau saling bahu membahu menolong
pemerintah maupun sesamanya. Syukurnya ini banyak terjadi di masyarakat
sekarang ini, contohnya banyak artis, influencer,
content creator sampai masyarakat
biasa yang melakukan gerakan donasi untuk sekadar membantu pemenuhan kebutuhan medis
seperti kebutuhan akan Alat Pelindung Diri (APD) untuk para relawan di garrda
terdepan penanganan covid-19.
Akhirnya
ketika partisipasi masyarakat bisa menyatu harmoni dalam setiap kebijkan
pemerintah, tentu pandemi ini bisa dilewati dengan lebih ringan. Sebab akan
muncul kekompakan dan keinginan untuk terus berbuat sesuatu agar memecahkan masalah yang dialami bersama.
Sehingga masa-masa kritis bisa lebih lekas terlewati.
*Penulis merupakan mahasiswi jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi (FDK) UIN SU, dan anggota kelompok KKN DR-01 UIN SU